BELAJAR
FILSAFAT 4
Oleh :
Samsul Arifin/18701261007
PEMIKIRAN PARA FILSUF
DALAM MEMBANGUN DUNIA *)
Seperti
pada tulisan sebelumnya, seiring perkembangan pemikiran kefilsafatan oleh para
filsuf yang muncul dan berkembang sesuai
pada jamannya telah mempegaruhi bagimana ilmu pengetahuan itu diperoleh.
Selanjutnya pada tulisan kali ini akan disampaikan pandangan para filsuf dalam
membangun dunia. Dalam membangun dunia dari mulai jaman primitif, jaman batu,
tradisional, modern, postmo, konteporer
dan sampai pada jamannya power now saat ini selalu di lalui adanya pertentangan-pertentangan
dan saling mempertahankan pemikirannya masing-masing.
Dua
kelompok filsuf, mereka ibarat makhluk yang hidup di langit dan bumi selalu
mempertahankan pendapat masing-masing. Dari kelompok langit muncul aliran
rasinalisme, nominalis, idealis dan banyak lagi. Sementara dari kelompok yang
lain muncul aliran realistis, determine, materialistis yang menentang pemikiran
dari kelompok sebelumnya. Pertentangan-pertentangan pemikiran itu berkembang
sejalan dengan jamannya dan menjadi aliran sejenis yang baru yang lazim kita
sebut “Neo”.
Akibat
pertentangan itu, munculah tokoh filsuf yang berdiri ditengah-tengah diantara
dunia langit dan bumi. Pada kelompok penengah munculah para filsuf yang
diantara adalah Al Ghazali, Socrates dan Imauel Kant. Socrates dalam pemikiran mengemukakan
pertanyaan dialegtis, dimana klau seseorang yang berilmu tidak mampu
menjelaskan keilmuannya, maka ia akan tersisih. Sedangkan Kant membangun dunia
dengan sintetik apriorinya yaitu menggabungkan dan menyeimbang kan aliran dan
pemikiran para filsuf yang ada di langit dan bumi untuk membangun dunia. Muncul
juga pemikiran filsuf dikelompok tengah yaitu Maviaveli yang berpikiran bahwa
untuk membangun dan menguasai dunia
dapat dilakukan dengan segala cara. Pemikiran Maviaveli inilah kemudian banyak
diadopsi oleh banyak politikus dalam mendapatkan kekuasaan di dunia ini.
Indonesia sebagai salah satu negara yang
hidup diantara negara-negara lain, menganut paham monodualisme dengan dasar
negara Pancasila yang menempatkan kehidupan ini sebagai hubungan antara mahluk
dengan sang pencipta (Habluminallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (Habluminanas) untuk
mendapat kesimbangan dunia akhirat. Struktur
pancasila sudah ada sejak Indonesia berdiri dan berada ditengah-tengah dunia, mengalir
dari jaman batu sampai dengan tradisonal, modern, posmo, kontemporer, dan power
now. Pada jaman power now seperti saat
ini, isu global world menjadikan dunia satu yang telah digagas oleh dunia barat
khususnya Amerika sudah mulai bergeser kearah flat world dengan merubah pemikiran
dunia satu menjadi dunia Amerika “America First” melalui Trump sebagai
pencetusnya. Semua paradigma yang ada sebelumnya dibalik disesuaikan dengan
pemikiran flat world. Semua hal yang
absolut menjadi direlatifkan. Neo
deskontruksi muncul, dimana yang berkuasa adalah yang punya modal (capital)
sehingga dalam kehidupan bernegara tidak lagi mengenal negara sahabat dan
sebagainya. Siapa yang kuat itulah yang berkuasa. Semua itu terjadi karena “Ego
Power” yang dimiliki oleh negara penguasa, melebihi negara lain.
Bersambung…..
*) Hasil dari
Refleksi Matakuliah Filsafat Pendidikan 30-10-2018